LAPORAN EKOSISTEM SUNGAI EKOLOGI PERAIRAN
Kamis, 17 November 2016
alkalinitas,
arus,
CO2,
densitas,
diversitas,
DO,
ekologi perairan,
ekosistem,
ekosistem sungai,
Kuliah & Sekolah,
Laporan,
parameter,
pH,
plankton,
suhu,
sungai,
vegetasi
Edit
LAPORAN EKOSISTEM SUNGAI EKOLOGI PERAIRAN - Hallo semuanya Pembaca Berita, Pada postingan berita kali ini yang berjudul LAPORAN EKOSISTEM SUNGAI EKOLOGI PERAIRAN, telah di posting di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan berita ini dapat membantu anda semuanya. Baiklah, ini dia berita terbaru nya.
Judul Posting : LAPORAN EKOSISTEM SUNGAI EKOLOGI PERAIRAN
Link : LAPORAN EKOSISTEM SUNGAI EKOLOGI PERAIRAN
Anda sedang membaca posting tentang LAPORAN EKOSISTEM SUNGAI EKOLOGI PERAIRAN dan berita ini url permalinknya adalah https://nyimakpelajaran.blogspot.com/2016/11/laporan-ekosistem-sungai-ekologi.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.
Judul Posting : LAPORAN EKOSISTEM SUNGAI EKOLOGI PERAIRAN
Link : LAPORAN EKOSISTEM SUNGAI EKOLOGI PERAIRAN
EKOSISTEM SUNGAI
EKOLOGI PERAIRAN
Amara Faiz Wriahusna
14/367219/PN/13822
Teknologi Hasil Perikanan
Intisari
Ekologi didefinisikan sebagai telaah tentang hubungan lingkungan dengan organisme atau kelompok organisme yang hidup didalamnya. Salah satu kajian ekologi adalah ekosistem. Ekosistem merupakan sistem yang terdiri atas seluruh organisme dan lingkungan abiotik yang terjadi aliran energi dan materi. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari karakteristik ekosistem sungai dan fakto-faktor pembatasnya, mempelajari cara-cara pengambilan data tolokukur (parameter) fisik, kimia, dan biologik suatu perairan, mempelajari korelasi antara beberapa tolokukur lingkungan dengan komunitas biota perairan (makrobentos), serta mempelajari kualitas perairan sungai berdasarkan berdasarkan indeks diversitas biota perairan. Praktikum ini dilaksanakan pada Kamis, 12 Maret 2015 pada pukul 14.00-16.30 WIB dan berlokasi di sungai Tambak Bayan Yogyakarta. Dari sungai tersebut dibagi menjadi empat stasiun dan pada setiap stasiun dilakukan pengukuran tiga parameter yaitu biologi (Vegetasi, diversitas plankton, dan densitas plankton), kimia (pH, DO, CO2 bebas, alkalinitas), fisika (suhu, debit air, arus air). Dari hasil yang didapat, diversitas plankton yang paling baik ada di stasiun dua sehingga dapat dikatakan kualitas perairan sungai pada stasiun dua merupakan yang paling baik.
Kata kunci : alkalinitas, arus, CO2, densitas, diversitas, DO, ekosistem, parameter, pH, plankton, suhu, sungai, vegetasi
PENDAHULUAN
Sungai adalah ekosistem air tawar yang berarus atau bergerak (lotik). Air yang mengandung kadar garam kurang dari 0,5/mil termasuk air tawar. Air sungai yang mengalir membuat plankton tidak bisa berdiam sehingga akan terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari fitoplankton yang melekat, sehingga dapat mendukung rantai makanan. Arus sungai yang cukup deras mengakibatkan O2 yang terlarut menjadi tinggi (Odum, 1971).
Air adalah media tempat semua organisme air yang merupakan elemen dasar penyusun dari tumbuhan dan hewan. Air juga merupakan medium tempat terjadinya reaksi kimia baik di dalam maupun di luar organisme hidup (Nybakken, 1988). Salah satu faktor pembatas yang penting di dalam ekosistem sungai adalah arus air dan debit air. Menurut Effendi (2003) Semakin besar ukuran batu dasar dan semakin banyak curah hujan, semakin cepat pengukuran air, semakin kuat, dan kecepatan arus cepat, sehingga dapat mempengaruhi debit air.
Praktikum ekosistem sungai ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik ekosistem sungai dan fakto-faktor pembatasnya, mempelajari cara-cara pengambilan data tolokukur (parameter) fisik, kimia, dan biologik suatu perairan, mempelajari korelasi antara beberapa tolokukur lingkungan dengan komunitas biota perairan (makrobentos), serta mempelajari kualitas perairan sungai berdasarkan berdasarkan indeks diversitas biota perairan.
METODE
Praktikum ini dilaksanakan pada Kamis, 12 Maret 2015 pada pukul 14.00-16.30 WIB dan berlokasi di sungai Tambak Bayan Yogyakarta.
Bahan-bahan yang dipakai dalam praktikum adalah kertas pH atau pH meter, larutan MnSO4, larutan reagen oksigen, larutan H2SO4 pekat, larutan 1/80 N Na2S2O3, larutan KOH-KI, larutan 1/40 N Na2S2O3, larutan 1/44 N NaOH, larutan 1/50 N H2SO4, larutan 1/50 HCl, larutan indikator amilum, larutan indikator Phenolphphtalein (PP), larutan indikator Methyl Orange (MO), dan larutan 4% formalin.
Alat-alat yang dipakai dalam praktikum adalah bola ping pong, stop-watch, roll-meter, penggaris, termometer, botol oksigen, erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur atau buret, pipet tetes, mikroburet, ember plastik, petersen grab, saringan (seine), mikroskop, kertas label, dan pensil.
Pada praktikum ini dilakukan pengukuran parameter fisika berupa suhu air dan suhu udara yang diukur menggunakan termometer, kecepatan arus yang diukur menggunakan bola ping pong yang dilepaskan kemudian ditentukan jaraknya lalu diukur waktu tempuhnya menggunakan stop-watch. Rumus yang digunakan untuk menghitung arus adalah V=s/t (V= kecepatan arus; s = jarak; t= waktu tempuh) dan untuk menghitung debit digunakan rumus Q=(W.D.A.L)/t (Q= debit; W=lebar; D= kedalaman; A= konstanta; L= panjang; t= waktu).
Pengukuran parameter kimia berupa pengukuran pH menggunakan pH meter, mengukur O2 terlarut (DO) menggunakan metode Winkler, dihitung menggunakan rumus DO=1000/50 .Y.0,1 mg/l (DO= O2 terlarut; Y= banyak larutan 1/80N Na2S2O3 untuk titrasi) dan pengukuran CO2 menggunakan metode alkalimetri, dihitung menggunakan rumus Kandungan karbon dioksida =1000/50 .C.1 mg/l (C= banyak larutan 1/44 N NaOH untuk titrasi) dan pengukuran alkalinitas menggunakan metode alkalimetri, dihitung menggunakan rumus Alkalinitas karbonat =1000/50 .C.1 mg/l ; Alkalinitas bikarbonat =1000/50 .D.1 mg/l ; Alkalinitas total = Alkalinitas karbonat + alkalinitas bikarbonat mg/l (C= banyak larutan 1/50 N H2SO4 untuk titrasi; D= = banyak larutan 1/50 N H2SO4 untuk titrasi)
Pengukuran parameter biologi berupa pengukuran diversitas plankton menggunakan rumus H=-Σ ni/N 2_log ni/N (H= indeks keanekaragaman; ni= cacah individu suatu genus; N= cacah individu seluruh genera) dan densitas plankton dihitung menggunakan rumusD ̌=((S-1))/Y; D=(Σ individu)/(ulangan . luas plot) indv/m^2 (D ̌=densitas plankton; S= jumlah titik cuplikan yang diambil; Y= luas area kajian; D= densitas)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut adalah hasil dari praktikum yang telah dilakukan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Golongan A4
Praktikum ini dilaksanakan di sungai Tambak Bayan Yogyakarta, dan pengamatan dibagi menjadi empat stasiun. Praktikum ini dilaksanakan pada pukul 14.00-16.30 WIB. Kondisi saat praktikum cerah namun menjelang akhir praktikum turun hujan yang cukup deras. Pada stasiun satu, vegetasi yang ada cukup rimbun dan didominasi oleh bambu dan semak-semak. Kondisi substrat dasarnya berbatu. Air yang mengalir juga jernih. Aktivitas di sekitar stasiun satu yaitu terdapat warung makan yang ramai dan sungai tersebut juga digunakan untuk mencuci mobil. Pada stasiun dua, vegetasi yang ada berupa pohon pisang, alang-alang, semak-semak, dan bambu. Kondisi substrat dasarnya berbatu. Aktivitas di sekitar stasiun dua cukup padat karena terletak di sekitar pemukinan penduduk. Kejernihan air juga masih baik. Pada stasiun tiga, vegetasi yang ada berupa pohon pisang, semak-semak, rerumputan, dan alang-alang. Kondisi substart dasarnya berbatu. Aktivitas di sekitar stasiun tiga tidak terlalu padat. Kejernihan air juga masih baik. Pada stasiun empat, vegetasi yang ada cukup rimbun, jenis yang ada berupa pohon pisang, semak-semak, dan bambu. Kondisi substart dasarnya berbatu. Aktivitas di stasiun empat cukup sepi, namun letaknya dekat dengan tempat sampah. Kejernihan air juga masih tergolong baik.
Grafik 1. Suhu udara vs stasiun
Pada parameter fisika ini, suhu udara di stasiun dua dan tiga lebih tinggi dibanding dengan stasiun satu dan empat. Hal ini sebenarnya bertentangan dengan teori. Menurut Pratiwi et al. (2004), semakin tinggi suatu tempat maka suhu udaranya semakin rendah. Namun grafik menunjukkan demikian. Hal ini mungkin disebabkan vegetasi pada stasiun satu dan empat lebih rimbun dibanding stasiun dua dan tiga.
Grafik 2. Suhu air vs stasiun
Pada parameter ini suhu air pada stasiun dua dan tiga juga lebih tinggi dibanding dengan stasiun satu dan empat. Hal ini dikarenakan mungkin vegetasi pada stasiun satu dan empat lebih rimbun dibanding stasiun dua dan tiga.
Grafik 3. Arus air vs stasiun
Pada grafik ini, arus air yang paling cepat berada di stasiun empat sementara arus air yang paling lambat berada di stasiun dua. Hal ini berkaitan dengan kemiringan pada setiap stasiun yang berbeda-beda, sehingga dapat diketahui kemiringan yang paling besar ada di stasiun empat. Semakin miring suatu daerah maka semakin kuat arus airnya. Kecepatan arus sungai dipengaruhi oleh kemiringan, kesuburan kadar sungai. Kedalaman dan keleburan sungai, sehingga kecepatan arus di sepanjang aliran sungai dapat berbeda-beda yang selanjutnya akan mempengaruhi jenis substrat sungai (Ozum, 1993 dalam Suliati, 2006).
Grafik 4. Debit air vs stasiun
Pada grafik ini, terlihat bahwa debit yang paling rendah berada di stasiun dua. Menurut Sumawidjaja (1974), debit air dipengaruhi oleh bentuk saluran air, kondisi dasar perairan, ukuran saluran air, dan kemiringan bidang lahan. Untuk sungai Tambak Bayan, kondisi dasar perairan tidak berpengaruh karena semua berbatu, sehingga yang berpengaruh terhadap perbedaan debit air adalah kemiringan, bentuk, dan ukuran saluran air.
Grafik 5. Oksigen terlarut vs stasiun
Pada grafik ini, stasiun yang paling banyak oksigen terlarutnya adalah stasiun dua karena penghasil DO adalah fitoplankton dan seperti yang ditunjukkan pada grafik 10, grafiknya berbanding lurus dengan grafik 5. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar jumlah oksigen terlarut yang ada maka semakin besar pula densitas dari plankton. Dari grafik 10 juga didapat densitas plankton tertinggi ada di stasiun dua.
Grafik 6. CO2 bebas vs stasiun
Pada grafik ini, menunjukkan bahwa kadar CO2 bebas paling tinggi ada pada stasiun satu, kemudian kadar CO2 terendah ada pada stasiun tiga. Padahal seharusnya, jumlah CO2 bebas berbanding terbalik dengan jumlah oksigen terlarut karena CO2 adalah sumber karbon untuk fotosintesis fitoplankton dan O2 merupakan hasil dari fotosintesis tersebut. Sehingga semestinya yang memiliki kadar CO2 terendah adalah stasiun dua. Untuk yang paling tinggi kadar CO2 sudah sesuai.
Grafik 7. Alkalinitas vs stasiun
Pada grafik ini, tingkat alkalinitas tertinggi ada pada stasiun empat dan yang terendah ada pada stasiun tiga. Alkalinitas merupakan kemampuan air untuk mempertahankan pH. Alkalinitas dipengaruhi oleh ion karbonat dan ion bikarbonat yang terlarut dalam air. Sehingga stasiun empat merupakan stasiun yang paling bisa mempertahankan pH sedangkan stasiun tiga merupakan stasiun yang tidak terlalu bisa mempertahankan pH dibanding yang lain.
Grafik 8. pH vs stasiun
pH yang paling baik adalah pH yang mendekati netral (7). pH yang mendekati netral menandakan air yang ada tidak pada kondisi asam maupun kondisi basa sehingga hampir semua organisme bisa hidup dengan baik. Stasiun tiga dan empat pH-nya lebih mendekati netral (7) sehingga bisa dikatakan lebih baik dari stasiun satu dan dua.
Grafik 9. Diversitas Plankton vs stasiun
Pada grafik ini, diversitas plankton paling tinggi ada di stasiun dua dan diversitas plankton paling rendah ada di stasiun satu. Hal ini berkaitan dengan DO, CO2, dan vegetasi sekitar stasiun. Semakin tinggi DO maka semakin tinggi pula diversitas plankton sedangkan pada CO2 berbanding terbalik dengan diversitas plankton. Semakin rimbun vegetasi maka cahaya matahari juga semakin susah untuk masuk. Saat cahaya sulit masuk otomatis jumlah fitoplankton yang ada juga semakin sedikit sehingga jumlah zooplankton yang ada juga semakin sedikit. Kecerahan air mempunyai pengaruh langsung terhadap pernafasan benih (Sutisna, 2006)
Grafik 10. Densitas Plankton vs stasiun
Pada grafik ini, densitas tertinggi ada di stasiun dua dan yang terendah ada di stasiun satu. Densitas plankton bisa dipengaruhi oleh kecepatan arus, dan vegetasi. Semakin cepat arus air maka semakin sedikit densitas plankton yang ada karena plankton terbawa mengikuti arus. Semakin rimbun vegetasi maka cahaya matahari juga semakin susah untuk masuk. Saat cahaya sulit masuk otomatis jumlah fitoplankton yang ada juga semakin sedikit sehingga jumlah zooplankton yang ada juga semakin sedikit. Hal lain yang berkaitan dengan densitas adalah DO. Semakin tinggi DO maka semakin tinggi densitasnya.
Dilihat dari indeks diversitasnya, dapat disimpulkan bahwa stasiun dua memiliki kualitas perairan sungai yang paling baik karena diversitas plankton paling tinggi dan stasiun satu memiliki kualitas perairan sungai paling buruk jika dibandingkan stasiun lain.
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa :
Karakteristik ekosistem sungai ditandai dengan adanya air yang bergerak (lotik) sehingga ada arus air dan debit air. Faktor- faktor pembatas adalah parameter biologi (Vegetasi, diversitas plankton, dan densitas plankton), kimia (pH, DO, CO2 bebas, alkalinitas), dan fisika (suhu, debit air, arus air).
Pengambilan data pada praktikum ini menggunakan alat ukur secara langsung. Ada juga yang menggunakan metode titrasi seperti metode Winkler dan metode Alkalimetri.
Parameter yang ada sangat berpengaruh terhadap komunitas biota perairan. Contohnya semakin tinggi kadar DO semakin tinggi diversitas plankton.
Dilihat dari indeks diversitasnya, dapat disimpulkan bahwa stasiun dua memiliki kualitas perairan sungai yang paling baik dan stasiun satu memiliki kualitas perairan sungai paling buruk jika dibandingkan stasiun lain.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Nybakken, C. 1988. Efek Penginderaan Terhadap Kualitas Air. Jurnal Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. 3rd edition. W.B. Saunders Company. Philadelphia.
Pratiwi, et al. 2004. Panduan Pengukuran Kualitas Air Sungai. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Suliatiati. 2006. Pengaruh Suhu Air terhadap Kecepatan Regenerasi Cacing Planaria di Aliran Sungai Semirang Kabupaten Semarang. Diambil dari www.digilib.ub.ac.id pada 24 April 2015.
Sumawidjaja K. 1974. Limnologi. Proyek Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sutisna MS, Ir. Dedy Heryadi dan Ratno Sutarmanto. 2006. Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta.
Demikianlah Info postingan berita LAPORAN EKOSISTEM SUNGAI EKOLOGI PERAIRAN
terbaru yang sangat heboh ini LAPORAN EKOSISTEM SUNGAI EKOLOGI PERAIRAN, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian info artikel kali ini.
Anda sedang membaca posting tentang LAPORAN EKOSISTEM SUNGAI EKOLOGI PERAIRAN dan berita ini url permalinknya adalah https://nyimakpelajaran.blogspot.com/2016/11/laporan-ekosistem-sungai-ekologi.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.
0 Response to "LAPORAN EKOSISTEM SUNGAI EKOLOGI PERAIRAN"
Posting Komentar