LAPORAN ESTIMASI POPULASI GASTROPODA DAN MAKROBENTOS EKOLOGI PERAIRAN

LAPORAN ESTIMASI POPULASI GASTROPODA DAN MAKROBENTOS EKOLOGI PERAIRAN - Hallo semuanya Pembaca Berita, Pada postingan berita kali ini yang berjudul LAPORAN ESTIMASI POPULASI GASTROPODA DAN MAKROBENTOS EKOLOGI PERAIRAN, telah di posting di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan berita ini dapat membantu anda semuanya. Baiklah, ini dia berita terbaru nya.

Judul Posting : LAPORAN ESTIMASI POPULASI GASTROPODA DAN MAKROBENTOS EKOLOGI PERAIRAN
Link : LAPORAN ESTIMASI POPULASI GASTROPODA DAN MAKROBENTOS EKOLOGI PERAIRAN
ESTIMASI POPULASI GASTROPODA DAN MAKROBENTOS
EKOLOGI PERAIRAN

Amara Faiz Wriahusna
14/367219/PN/13822
Teknologi Hasil Perikanan

Intisari

Sungai termasuk ekosistem terbuka yang memperoleh masukan unsur-unsur hari dari tanah yang terkikis dari hulu ke hilir. Pada ekosistem sungai kecepatan arus adalah fakto pembatas yang paling penting. Makrobentos merupakan hewan yang hidup di dasar perairan yang berukuran makro. Gastropoda sendiri meliputi siput dan mollusca lain yang memiliki satu cangkang melingkar. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari penerapan metode tanpa plot (plotless) untuk mengestimasi populasi Gastropoda dan mempelajari korelasi antara beberapa tolokukur lingkungan dengan populasi makrobentos (Gastropoda). Praktikum ini dilaksanakan pada Kamis, 12 Maret 2015 pada pukul 14.00-16.30 WIB dan berlokasi di sungai Tambak Bayan Yogyakarta. Dari sungai tersebut dibagi menjadi empat stasiun dan pada setiap stasiun dilakukan pengukuran tiga parameter yaitu biologi (Vegetasi, diversitas plankton, dan densitas plankton), kimia (pH, DO, CO2 bebas, alkalinitas), fisika (suhu, arus air). Dari hasil yang didapat, densitas gastropoda dan densitas makrobentos yang paling tinggi ada pada stasiun satu sehingga populasi gastropoda dan makrobentos tertinggi terletak di stasiun satu yang bernilai 793131,9588 indv/m2 untuk densitas gastropoda dan 425 indv/m2 untuk densitas makrobentos.

Kata kunci : densitas, diversitas, gastropoda, makrobentos, parameter, populasi

PENDAHULUAN

Sungai di negara Indonesia umumnya mempunyai sifat multiguna, mulai dari keperluan rumah tangga, keperluan hewan (mandi, minum), transportasi pengairan, dan sebagainya. Kebanyakan sungai di Indonesia telah mengalami penurunan fungsi akibat berbagai aktivitas manusia ini masih merupakan sumberdaya perairan yang kaya akan organisme air (Widaningroem, 2010). Sungai termasuk ekosistem terbuka dan merupakan habitat lotik yang memperoleh masukan unsur-unsur hara dari tanah yang terkikis sejak dari hulu sampai ke hilir. Ekosistem sungai kecepatan arus merupakan faktor pembatas yang paling penting. Kehidupan di air dijumpai tidak hanya pada badan air tapi juga pada dasar air yang padat. Di dasar air, jumlah kehidupan sangat terbatas karena ketersediaan nutrient yang terbatas.
Gastropoda memiliki jumlah spesies yang paling banyak. Gastropoda memiliki lidah parut dan zat tanduk untuk menghancurkan makanan. Gastropoda merupakan kelas dari mollusca yang paling sukses dalam siklus hidupnya, hal ini dapat dilihat dari variasi habitatnya yang sangat beragam dimana spesies-spesies gastropoda yang hidup di laut maupun untuk hidup dalam berbagai tipe substrat dasar perairan (Barnes, 1987). Hewan yang hidup didasar perairan adalah makrobentos.
Makrobentos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam ekosistem perairan sehubungan dengan perannya sebagai organisme kunci dalam jaringan makanan. Selain itu tingkat keanekaragaman yang terdapat di lingkungan perairan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran. Hewan bentos seringkali digunakan sebagai petunjuk bagi penilai kualitas air (Pratiwi, et al., 2004). Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas dan untuk membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. (Suin,1989). Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan.
Tujuan dari praktikum estimasi populasi gastropoda dan makrobentos ini adalah untuk mempelajari penerapan metode tanpa plot (plotless) untuk mengestimasi populasi Gastropoda dan mempelajari korelasi antara beberapa tolokukur lingkungan dengan populasi makrobentos (Gastropoda).

METODE
Praktikum ini dilaksanakan pada Kamis, 12 Maret 2015 pada pukul 14.00-16.30 WIB dan berlokasi di sungai Tambak Bayan Yogyakarta.
Bahan-bahan yang dipakai dalam praktikum adalah pH meter, larutan MnSO4, larutan reagen oksigen, larutan H2SO4 pekat, larutan 1/80 N Na2S2O3, larutan KOH-KI, larutan 1/40 N Na2S2O3, larutan 1/44 N NaOH, larutan 1/50 N H2SO4, larutan indikator amilum, larutan indikator Phenolphphtalein (PP), larutan indikator Methyl Orange (MO), dan larutan 4% formalin.
Alat-alat yang dipakai dalam praktikum adalah bola ping pong, stop-watch, roll-meter, penggaris, termometer, botol oksigen, erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur atau buret, pipet tetes, ember plastik, surber, plot, tongkat, kuas, saringan (seine), mikroskop, kertas label, dan pensil.
Pengukuran diversitas gastropoda dengan cara menancapkan tongkat ke dasar sungai, kemudian mencari gastropoda yang terdekat kemudian diukur jaraknya menggunakan penggaris. Adapun cara menghitung diversitas gastropoda dan makrobentos menggunakan rumus H=-Σ ni/N  2_log  ni/N (H= indeks keanekaragaman; ni= cacah individu suatu genus; N= cacah individu seluruh genera) dan pengukuran densitas makrobentos menggunakan cara menaruh plot di dasar perairan kemuadian disaring lalu dihitung jumlah makrobentos yang ada. Adapun cara menghitung densitas gastropoda dan makrobentos menggunakan rumus D ̌=((S-1))/Y ; D=(Σ individu)/(ulangan .  luas plot)  indv/m^2 (D ̌=densitas; S= jumlah titik cuplikan yang diambil; Y= luas area kajian; D= densitas)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut adalah hasil dari praktikum yang telah dilakukan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Golongan A4



Praktikum ini dilaksanakan di sungai Tambak Bayan Yogyakarta, dan pengamatan dibagi menjadi empat stasiun. Praktikum ini dilaksanakan pada pukul 14.00-16.30 WIB. Kondisi saat praktikum cerah namun menjelang akhir praktikum turun hujan yang cukup deras. Pada stasiun satu, vegetasi yang ada cukup rimbun dan didominasi oleh bambu dan semak-semak. Kondisi substrat dasarnya berbatu. Air yang mengalir juga jernih. Aktivitas di sekitar stasiun satu yaitu terdapat warung makan yang ramai dan sungai tersebut juga digunakan untuk mencuci mobil. Pada stasiun dua, vegetasi yang ada berupa pohon pisang, alang-alang, semak-semak, dan bambu. Kondisi substrat dasarnya berbatu. Aktivitas di sekitar stasiun dua cukup padat karena terletak di sekitar pemukinan penduduk. Kejernihan air juga masih baik. Pada stasiun tiga, vegetasi yang ada berupa pohon pisang, semak-semak, rerumputan, dan alang-alang. Kondisi substart dasarnya berbatu. Aktivitas di sekitar stasiun tiga tidak terlalu padat. Kejernihan air juga masih baik. Pada stasiun empat, vegetasi yang ada cukup rimbun, jenis yang ada berupa pohon pisang, semak-semak, dan bambu.  Kondisi substart dasarnya berbatu. Aktivitas di stasiun empat cukup sepi, namun letaknya dekat dengan tempat sampah. Kejernihan air juga masih tergolong baik.
Ada tiga parameter yaitu biologi (Vegetasi, diversitas makrobentos dan gastropoda, dan densitas makrobentos), kimia (pH, DO, CO2 bebas, alkalinitas), fisika (suhu, debit air, arus air). DO dan CO2 yang baik untuk kehidupan gastropoda adalah berkisar antara 5-8 ppm (Setyobudiandi 1997). Semakin besar ukuran batu dasar dan semakin banyak curah hujan, semakin kuat, dan kecepatan arus cepat, sehingga dapat mempengaruhi debit air (Effendi, 2003). Semakin rimbun vegetasi maka semakin sulit cahaya matahari untuk masuk sehingga mengganggu fitoplankton untuk melakukan fotosintesis.


Grafik 1. Densitas Gastropoda vs stasiun

Pada grafik di atas, densitas gastropoda yang paling tinggi ada di stasiun satu dan densitas gastopoda yang paling rendah adalah stasiun tiga. Hal ini sebenarnya tidak sesuai dengan teori karena seharusnya semakin tinggi DO maka densitas akan semakin tinggi karena fitoplankton dapat melakukan fotosintesis yang menghasilkan oksigen. Semakin rendah kadar CO2 maka semakin banyak densitas makrobentos. Dengan demikian walaupun CO2 belum mencapai kadar tinggi yang mematikan, hewan-hewan air mati karena kekurangan oksigen (Hardjamulia, 1987).

Grafik 2. Densitas Makrobentos vs stasiun

Pada grafik di atas, densitas makrobentos yang paling tinggi ada di stasiun satu dan densitas makrobentos yang paling rendah ada pada stasiun dua. Hal ini sebenarnya tidak sesuai dengan teori karena seharusnya semakin tinggi DO maka densitas akan semakin tinggi karena oksigen dibutuhkan oleh makrobentos untuk respirasi. Semakin tinggi kadar CO2 maka semakin sedikit densitas makrobentos. Semakin cepat arus air maka seharusnya semakin sedikit jumlah gastropoda yang ada karena dapat terbawa arus air.

Grafik 3. Diversitas Makrobentos vs stasiun

Pada grafik ini, diversitas makrobentos tertinggi  ada pada stasiun tiga sedangkan diversitas makrobentos terendah ada pada stasiun satu. Pada stasiun satu bahkan nilai diversitasnya 0 atau tidak ada makrobentos lain yang ada di stasiun satu. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas perairan pada stasiun satu paling buruk karena hanya ada 1 jenis organisme yang mendominasi. Hal ini juga menunjukkan bahwa pada stasiun satu terjadi blooming salah satu jenis organisme sehingga organisme yang kalah saat berkompetisi akan meninggalkan stasiun satu.
Dilihat dari diversitas makrobentosnya, dapat disimpulkan bahwa stasiun terbaik adalah stasiun tiga karena memiliki diversitas paling tinggi jika dibanding stasiun lain, sementara stasiun terburuk adalah stasiun satu karena memiliki diversitas yang paling rendah dari yang lain.

KESIMPULAN
Dari hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa :
Metode tanpa plot (plotless) untuk mengestimasi gastropoda dengan cara menancapkan tongkat ke dasar perairan kemudian mencari gastropoda terdekat dari tongkat lalu diukur jarak gastropoda dari tongkat. Metode ini diulang sebanyak dua puluh kali.
Parameter yang ada sangat berpengaruh terhadap komunitas biota perairan. Contohnya semakin tinggi alkalinitas maka semakin tinggi densitas gastropoda.
Dilihat dari diversitas makrobentosnya, dapat disimpulkan bahwa stasiun terbaik adalah stasiun tiga dengan nilai 1,570950594 indv/m2

DAFTAR PUSTAKA
Barnes, R.D. 1987. Invertebrate Zoology. 5th Edition. Sounder Collage Publishing. New York.
Hardjamulia, A. 1978. Budidaya Ikan Introduksi. Departemen Pertanian. Balai Latihan Pendidikan dan Penyuluhan SUPM. Bogor.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Pratiwi, et al. 2004. Panduan Pengukuran Kualitas Air Sungai. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Setyobuandi, I. 1997. Makrozoobentos. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Suin, N. M. 1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta.
Widaningroem, R. 2010. Pengertian, Konsep dan Jenis Sumberdaya Perikanan. Bahan Ajar Pengantar Ilmu Perikanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.



Demikianlah Info postingan berita LAPORAN ESTIMASI POPULASI GASTROPODA DAN MAKROBENTOS EKOLOGI PERAIRAN

terbaru yang sangat heboh ini LAPORAN ESTIMASI POPULASI GASTROPODA DAN MAKROBENTOS EKOLOGI PERAIRAN, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian info artikel kali ini.

Anda sedang membaca posting tentang LAPORAN ESTIMASI POPULASI GASTROPODA DAN MAKROBENTOS EKOLOGI PERAIRAN dan berita ini url permalinknya adalah https://nyimakpelajaran.blogspot.com/2016/11/laporan-estimasi-populasi-gastropoda.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "LAPORAN ESTIMASI POPULASI GASTROPODA DAN MAKROBENTOS EKOLOGI PERAIRAN"

Posting Komentar