Makalah Perkembangan Teater Di Indonesia
Makalah Perkembangan Teater Di Indonesia - Hallo semuanya Pembaca Berita, Pada postingan berita kali ini yang berjudul Makalah Perkembangan Teater Di Indonesia, telah di posting di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan berita ini dapat membantu anda semuanya. Baiklah, ini dia berita terbaru nya.
Judul Posting : Makalah Perkembangan Teater Di Indonesia
Link : Makalah Perkembangan Teater Di Indonesia
Anda sedang membaca posting tentang Makalah Perkembangan Teater Di Indonesia dan berita ini url permalinknya adalah https://nyimakpelajaran.blogspot.com/2017/04/makalah-perkembangan-teater-di-indonesia.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.
Judul Posting : Makalah Perkembangan Teater Di Indonesia
Link : Makalah Perkembangan Teater Di Indonesia
MAKALAH SENI BUDAYA
PERKEMBANGAN TEATER DI INDONESIA
Nama :
Absen :
Kelas :
SMK NEGERI 1 SINE
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seni teater merupakan suatu bentuk pertunjukan drama, atau sandiwara yang menitik beratkan pada pemeranan. Di Indonesia bentuk seni teater banyak macamnya, disetiap daerah dapat kita jumpai seni teater yang tidak kalah dengan seni teater dari luar negeri. Jenis seni pertunjukkan ini bersifat kolektif, kompleks, rumit, dan sangat akrab dengan publiknya, yaitu ‘masyarakat seni teater’ sebagai seni pertunjukan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Perkembangan teater di Indonesia ?
2. Faktor apa yang mempengaruhi perkembangan teater di Indonesia ?
3. Apa saja bentuk-bentuk teater di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Teater di Indonesia
Istilah teater berasal dari bahasa Yunani kuno theatron artinya gedung atau panggung tempat pertunjukkan aksian, perbuatan, gerakan, lakuan atau tindakan. Pengertian ini berlaku pada zaman Tyucidides (1471-295 SM) dan Plato (428-348 SM). Pada perkembangan lebih lanjut, teater merujuk kepada audotorium tempat publik berkumpul. Pengertian ini berlaku pada zaman Herodotus (290-424 SM). Hingga ini bekas reruntuhan gudang teater yang megah pada zaman dahulu kala masih dapat dilihat sebagai objek wisata di Yunani dan Romawi.
Tradisi teater sudah ada sejak dulu dalam masyarakat Indonesia. Hal ini terbukti dengan sudah adanya teater tradisional di seluruh wilayah tanah air. Fungsi teater pada saat itu adalah sebagai:
1. Pemanggil kekuatan gaib,
2. Menjemput roh pelindung untuk hadir di tempat pertunjukan,
3. Memanggil roh baik untuk mengusir roh jahat,
4. Peringatan nenek moyang dengan mempertontonkan kegagahan/kepahlawanan,
5. Pelengkap upacara sehubungan dengan peringatan tingkat hidup seseorang, dan
6. Pelengkap upacara untukk saat tertentu dalam siklus waktu.
2.1.1 Teater Rakyat (tradisional)
Teater tradisional atau Teater Rakyat, lahir di tengah-tengah rakyat dan masih menunjukkan kaitan dengan upacara adat dan keagamaan. Artinya pertunjukan hanya dilaksanakan dalam kaitan dengan upacara tertentu, seperti khitanan, perkawinan, selamatan dan sebagainya. Yang menanggung semua pembiayaan adalah yang punya hajat dan dapat ditonton gratis oleh undangan dan masyarakat. Tempat pertunjukan dapat dimana saja; halaman rumah, kebun, balai desa, tanah lapang dan seterusnya. Contoh-contoh teater rakyat adalah sebagai berikut:
1. Makyong dan Mendu di daerah Riau dan Kalimantan Barat,
2. Randai dan Bakaba di Sumatera Barat,
3. Mamanda dan Bapandung di Kalimantan Selatan,
4. Arja, Topeng Prembon, dan Cepung di Bali,
5. Ubrug, Banjet, Longser, Topeng Cirebon, Tarling, dan Ketuk Tilu di Jawa Barat,
6. Ketoprak, Srandul, Jemblung, Gatoloco di Jawa Tengah,
7. Kentrung, Ludruk, Ketoprak, Topeng Dalang, Reyog, dan Jemblung di Jawa Timur,
8. Cekepung di Lombok,
9. Dermuluk di Sumatera Selatan dan Sinlirik di Sulawesi Selatan,
10. Lenong, Blantek, dan Topeng Betawi di Jakarta dan sebagainya,
11. Randai di Sumatera Barat.
1. Pemanggil kekuatan gaib,
2. Menjemput roh pelindung untuk hadir di tempat pertunjukan,
3. Memanggil roh baik untuk mengusir roh jahat,
4. Peringatan nenek moyang dengan mempertontonkan kegagahan/kepahlawanan,
5. Pelengkap upacara sehubungan dengan peringatan tingkat hidup seseorang, dan
6. Pelengkap upacara untukk saat tertentu dalam siklus waktu.
2.1.1 Teater Rakyat (tradisional)
Teater tradisional atau Teater Rakyat, lahir di tengah-tengah rakyat dan masih menunjukkan kaitan dengan upacara adat dan keagamaan. Artinya pertunjukan hanya dilaksanakan dalam kaitan dengan upacara tertentu, seperti khitanan, perkawinan, selamatan dan sebagainya. Yang menanggung semua pembiayaan adalah yang punya hajat dan dapat ditonton gratis oleh undangan dan masyarakat. Tempat pertunjukan dapat dimana saja; halaman rumah, kebun, balai desa, tanah lapang dan seterusnya. Contoh-contoh teater rakyat adalah sebagai berikut:
1. Makyong dan Mendu di daerah Riau dan Kalimantan Barat,
2. Randai dan Bakaba di Sumatera Barat,
3. Mamanda dan Bapandung di Kalimantan Selatan,
4. Arja, Topeng Prembon, dan Cepung di Bali,
5. Ubrug, Banjet, Longser, Topeng Cirebon, Tarling, dan Ketuk Tilu di Jawa Barat,
6. Ketoprak, Srandul, Jemblung, Gatoloco di Jawa Tengah,
7. Kentrung, Ludruk, Ketoprak, Topeng Dalang, Reyog, dan Jemblung di Jawa Timur,
8. Cekepung di Lombok,
9. Dermuluk di Sumatera Selatan dan Sinlirik di Sulawesi Selatan,
10. Lenong, Blantek, dan Topeng Betawi di Jakarta dan sebagainya,
11. Randai di Sumatera Barat.
2.1.2 Teater Klasik (keraton)
Sifat teater ini sudah mapan, artinya segala sesuatunya sudah teratur, dengan cerita, pelaku yang terlatih, gedung pertunjukan yang memadai dan tidak lagi menyatu dengan kehidupan rakyat (penontonnya). Lahirnya jenis teater ini dari pusat kerajaan. Sifat feodalistik tampak dalam jenis teater ini. Para seniman dihidupi oleh raja dengan menjadi pegawai kerajaan yang mendapat tugas religius dan tugas mengangkat kebesaran atau kemuliaan sang raja. Contohnya Wayang Kulit, Wayang Orang, Wayang Golek, dan Langendriya. Ceritanya statis, tetapi memiliki daya tarik berkat kreatifitas dalang atau pelaku teater tersebut dalam menghidupkan lakon.
2.1.3 Teater Modern
Teater modern merupakan teater yang bersumber dari teater tradisional, tetapi gaya penyajiannya sudah dipengaruhi oleh teater Barat. Jenis teater seperti Komedi Stambul, Sandiwara Dardanela, Sandiwara Srimulat, dan sebagainya merupakan contoh teater modern. Dalam Srimulat sebagai contoh, pola ceritanya sama dengan Ludruk atau Ketoprak, jenis ceritanya diambil dari dunia modern. Musik, dekor, dan properti lain menggunakan teknik Barat.
Dari contoh-contoh di atas, nyatalah bahwa teater sudah membudaya dalam kehidupan bangsa kita. Dalam teater, penonton tidak hanya disuguhi pengetahuan tentang baik/buruk, dan indah/jelek, tetapi ikut menyikapi dan melihat action. Kalau mungkin, jika siswa-siswa berteater, mereka melaksanakan tiga matra tujuan mengajar menurut Bloom, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sebab itulah penggunaan teater dalam media pendidikan semakin populer.
Menurut Sumardjo (2004:101) periodisasi teater modern adalah:
1. Teater yang ada pada masa perintisan (1885-1925), yaitu:
a. teater bangsawan (1885-1902)
b. teater stamboel (1891-1906)
c. teater opera (1906-1925)
2. Teater yang ada pada masa kebangkitan (1925-1941), yaitu:
a. teater Miss Riboet’s Oreon (1925)
b. teater Dardanela opera (1926-1934)
c. Awal teater modern di Indonesia (1926)
3. Teater yang ada pada masa perkembangan (1942-1970), yaitu:
a. Teater zaman Jepang
b. Teater tahun 1950-an
c. Teater tahun 1960-an
4. Teater yang ada pada masa Teater mutakhir (1970-1980-an).
Akhir-akhir ini banyak keluhan karena bengkrutnya group-group teater tradisional. Di zaman modern ini para pengelola group kesenian dituntut kemampuan yang lebih canggih, tidak hanya kemampuan dalam bidang kesenian atau penyutradaraan. Kemampuan manajemen perusahaan, kemampuan pemasaran, kemampuan psikologi massa untuk membaca selera penonton sangat diperlukan. Seniman-seniman teater tradisional kini juga sudah semakin sedikit jumlahnya karena ditinggalkan oleh mereka yang senior. Nama-nama besar seperti Cokro Jiyo, Markuat, Atmonadi, Basiyo, Narto Sabdo, dan sebagainya kini telah tiada. Siswo Budoyo dengan Siswondo dan Jusuf Agil juga mengalami kehancuran karena dua tokoh itu telah tiada.
Kini kita berpaling ke drama-drama modern yang menggunakan naskah. Kiranya sukses drama tradisional dalam kemandiriannya tidak dapat diwarisi oleh grup-grup drama modern. Walaupun begitu kehadiran mereka dalam khasanah sastra Indonesia merupakan fenomena yang tidak dapat dilupakan. Kita kenal nama-nama besar seperti Bengkel Teater, Teater Populer, Teater Starka, Teater Alam, dan sebagainya. Profesionalisme dalam berkesenian belum cukup untuk menjawab tantangan jaman. Dibutuhkan pengelola keuangan dan organisator yang mampu memanjangkan nafas hidup group-group teater modern. Paling tidak teater modern membutuhkan impresario atau tokoh semacam itu.
2.2 Bentuk-bentuk Teater yang ada di Indonesia
Sifat teater ini sudah mapan, artinya segala sesuatunya sudah teratur, dengan cerita, pelaku yang terlatih, gedung pertunjukan yang memadai dan tidak lagi menyatu dengan kehidupan rakyat (penontonnya). Lahirnya jenis teater ini dari pusat kerajaan. Sifat feodalistik tampak dalam jenis teater ini. Para seniman dihidupi oleh raja dengan menjadi pegawai kerajaan yang mendapat tugas religius dan tugas mengangkat kebesaran atau kemuliaan sang raja. Contohnya Wayang Kulit, Wayang Orang, Wayang Golek, dan Langendriya. Ceritanya statis, tetapi memiliki daya tarik berkat kreatifitas dalang atau pelaku teater tersebut dalam menghidupkan lakon.
2.1.3 Teater Modern
Teater modern merupakan teater yang bersumber dari teater tradisional, tetapi gaya penyajiannya sudah dipengaruhi oleh teater Barat. Jenis teater seperti Komedi Stambul, Sandiwara Dardanela, Sandiwara Srimulat, dan sebagainya merupakan contoh teater modern. Dalam Srimulat sebagai contoh, pola ceritanya sama dengan Ludruk atau Ketoprak, jenis ceritanya diambil dari dunia modern. Musik, dekor, dan properti lain menggunakan teknik Barat.
Dari contoh-contoh di atas, nyatalah bahwa teater sudah membudaya dalam kehidupan bangsa kita. Dalam teater, penonton tidak hanya disuguhi pengetahuan tentang baik/buruk, dan indah/jelek, tetapi ikut menyikapi dan melihat action. Kalau mungkin, jika siswa-siswa berteater, mereka melaksanakan tiga matra tujuan mengajar menurut Bloom, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sebab itulah penggunaan teater dalam media pendidikan semakin populer.
Menurut Sumardjo (2004:101) periodisasi teater modern adalah:
1. Teater yang ada pada masa perintisan (1885-1925), yaitu:
a. teater bangsawan (1885-1902)
b. teater stamboel (1891-1906)
c. teater opera (1906-1925)
2. Teater yang ada pada masa kebangkitan (1925-1941), yaitu:
a. teater Miss Riboet’s Oreon (1925)
b. teater Dardanela opera (1926-1934)
c. Awal teater modern di Indonesia (1926)
3. Teater yang ada pada masa perkembangan (1942-1970), yaitu:
a. Teater zaman Jepang
b. Teater tahun 1950-an
c. Teater tahun 1960-an
4. Teater yang ada pada masa Teater mutakhir (1970-1980-an).
Akhir-akhir ini banyak keluhan karena bengkrutnya group-group teater tradisional. Di zaman modern ini para pengelola group kesenian dituntut kemampuan yang lebih canggih, tidak hanya kemampuan dalam bidang kesenian atau penyutradaraan. Kemampuan manajemen perusahaan, kemampuan pemasaran, kemampuan psikologi massa untuk membaca selera penonton sangat diperlukan. Seniman-seniman teater tradisional kini juga sudah semakin sedikit jumlahnya karena ditinggalkan oleh mereka yang senior. Nama-nama besar seperti Cokro Jiyo, Markuat, Atmonadi, Basiyo, Narto Sabdo, dan sebagainya kini telah tiada. Siswo Budoyo dengan Siswondo dan Jusuf Agil juga mengalami kehancuran karena dua tokoh itu telah tiada.
Kini kita berpaling ke drama-drama modern yang menggunakan naskah. Kiranya sukses drama tradisional dalam kemandiriannya tidak dapat diwarisi oleh grup-grup drama modern. Walaupun begitu kehadiran mereka dalam khasanah sastra Indonesia merupakan fenomena yang tidak dapat dilupakan. Kita kenal nama-nama besar seperti Bengkel Teater, Teater Populer, Teater Starka, Teater Alam, dan sebagainya. Profesionalisme dalam berkesenian belum cukup untuk menjawab tantangan jaman. Dibutuhkan pengelola keuangan dan organisator yang mampu memanjangkan nafas hidup group-group teater modern. Paling tidak teater modern membutuhkan impresario atau tokoh semacam itu.
2.2 Bentuk-bentuk Teater yang ada di Indonesia
Teater di Indonesia mempunyai berbagai bentuk atau jenis. Bentuk teater yang ada di Indonesia antara lain sebagai berikut.
1. Wayang
Wayang merupakan bentuk teater tradisional yang sangat tua, dan dapat ditelusuri bagaimana asal-muasalnya. wayang wong dalam bahasa Indonesia artinya wayang orang, yaitu pertunjukan wayang kulit, tetapi dimainkan oleh orang. wayang wong adalah bentuk teater tradisional Jawa yang berasal dari wayang kulit yang dipertunjukan dalam bentuk berbeda, dimainkan oleh orang. lengkap dengan menari dan menyanyi, seperti pada umumnya.
2. Makyong
Makyong merupakan suatu jenis teater tradisional yang bersifat kerakyatan. makyong yang paling tua terdapat dipulau Mantang, salah satu pulau di Riau.
3. Randai
Randai merupakan suatu bentuk teater tradisional yang bersifat kerakyatan, yang terdapat di daerah Minangkabau, Sumatra barat.
4. Mamanda
Daerah Kalimanan selatan mempunyai cukup banyak kesenian antara lain yang paling populer adalah Mamanda, yang merupakan teater tradisional yang bersifat kerakyatan, yang orang sering menyebutnya dengan teater rakyat.
5. Lenong
Lenong merupakan teataer rakyat Betawi, apa yang disebut teater tradisional yang ada pada saat ini, sudah sangat jauh berbeda dan jauh berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat lingkungannya. dibandingkan dengan Lenong masa dulu.
6. Longser
Longser merupakan jenis teater tradisional yang bersifat kerakyatan dan terdapat di jawa barat. termasuk kelompok etnik Sunda.
7. Ubrug
Ubrug merupakan jenis teater tradisional yang terdapat didaerah banten.
8. Ketoprak
Ketoprak merupakan teater rakyat yang paling populer, terutama daerah Yogyakarta, dan daerah Jawa tengah.
9. Ludruk
Ludruk merupakan teater tradisional yang yang bersifat kerakyatan di daerah Jawa Timur, berasal dari jombang.
10. Gambuh
Gambuh merupakan teater yang paling tua di Bali dan diperkirakan berasal dari abad ke16
11. Arja
Arja merupakan teater tradisional yang bersifat kerakyatan yang terdapat di Bali.
12. Teater Komedi
Teater komedi adalah teater yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
13. Teater Tragedi
Teater tragedi adalah teater yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
14. Teater Tragedi Komedi
Teater tragedi-komedi adalah teater yang ada sedih dan ada lucunya.
15. Opera
Opera adalah teater yang engandung musik dan nyanyian.
16. Lelucon/Dagelan
Lelucon adalah teater yang lakonnya selalu bertengkar pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.
17. Operet
Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
18. Pantomim
Pantomim adalah teater yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
19. Tablau
Tablau adalah teater yang mirip pantomin yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
20. Passie
Passie adalah teater yang mengandung unsur agama/relijius.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Istilah teater ini berasal dari Yunani kuno theatron artinya gedung atau panggung tempat pertunjukkan aksian, perbuatan, gerakan, lakuan atau tindakkan. teater dalam arti luas merujuk kepada segala macam jenis tontonan yang dipertunjukkan di depan khalayak ramai. Termasuk dalam lingkup pengertian ini antara lain pertunjukkan japin cerita,konser musik, kuda gipang, longser, lenong, ludruk dan lain-lain.
Demikianlah Info postingan berita Makalah Perkembangan Teater Di Indonesia
terbaru yang sangat heboh ini Makalah Perkembangan Teater Di Indonesia, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian info artikel kali ini.
Anda sedang membaca posting tentang Makalah Perkembangan Teater Di Indonesia dan berita ini url permalinknya adalah https://nyimakpelajaran.blogspot.com/2017/04/makalah-perkembangan-teater-di-indonesia.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.
0 Response to "Makalah Perkembangan Teater Di Indonesia"
Posting Komentar